mas template
mas template
Home » , » Selembar Ingatan tentang Serial Abad Kejayaan

Selembar Ingatan tentang Serial Abad Kejayaan

Written By Unknown on Jumat, 11 Maret 2016 | 03.50



AWALNYA tayangan ini telah bermasalah dan menuai protes segenap kalangan dulu. Di antaranya karena ceritanya dinilai tidak sesuai dengan bagian sejarah Islam (kerajaan) di Turki lampau. KPI juga pernah melayangkan teguran. Namun, tontonan berseri keluaran ANTV ini kemudian tayang kembali, setelah dianggap telah memenuhi arahan perubahan. Apalagi kalau bukan serial King Suleiman yang berganti label Abad Kejayaan selanjutnya.

Saya pun sempat menulis catatan mengenai siaran televisi itu sebelumnya. Ketika beberapa episodenya yang kebetulan saya tonton belakangan, mencomot dalil Alquran dengan penafsiran yang terasa masih ada missing link dalam aplikasinya. Lalu, saya menulis koreksi dalam catatan lain berjudul Tafsir Buram Alquran dalam Fiksi Abad Kejayaan sebelumnya. Meski ditegaskan bahwa serial ini hanyalah fiksi berlatar sejarah (kerajaan Ottoman), tapi kiranya tidak menggugurkan perlunya sikap kritis dalam mencermatinya lebih seksama. Layaknya pengawasan masyarakat terhadap program acara layar kaca yang lain.

Lepas dari itu, masih tersisa unek-unek dalam benak tentang serial malam hari tersebut. Utamanya berkenaan dengan berbagai dramatik sepanjang kisahnya. Betapa rangkaian lakonnya sarat dengan suguhan intrik. Alurnya yang dipertontonkan terkesan cukup gencar, melebihi sepak terjang kaum elit pemerintahan dan parpol yang bisa diresapi hanya dari berita selama ini. Biasanya kita terbatas mereka-reka geliat politik sekalian politisi, dengan mengikuti rentetan peristiwa yang diberitakan media. Kendati bukan mustahil tidak berbeda jauh pada kenyataannya. Namun, selama menyaksikan tayangan ini pemirsa amat merasakannya secara langsung dengan gamblang.

Cuplikan berbagai konspirasi dengan kemasan perebutan kekuasaan yang terus berlangsung silih berganti di dalamnya, juga berlumur kebencian, hasutan, fitnah, kedengkian dan sebagainya. Tak jarang pula secara terang-terangan di hadapan pemirsa. Bermula dari kompetisi pengaruh antara kedua istri raja di lingkungan istana. Persaingan keduanya pun kemudian berkembang menjadi silang-sengkarut pertikaian, dengan menyeret keterlibatan para saudara kaisar, hingga banyak tokoh pendukung masing-masing pihak lainnya.

Tentunya kemelut antarorang dalam istana demikian cenderung selalu disertai adegan kekerasan. Sebab, tokoh-tokoh yang berkepentingan semula melalui kaki tangan masing-masing, ditampilkan pula melakukan tindakan anarkis demi pelampiasan ambisi. Entah anarkisme yang sifatnya pembunuhan karakter, maupun kontak fisik. Bahkan, pada episode mutakhir antartokoh sendiri yang terlibat langsung. Mulai dari saling melancarkan ancaman verbal, penganiayaan, hingga upaya penghilangan nyawa yang tak memedulikan lagi ikatan keluarga dan kekerabatan.

Drama yang penuh dengan intrik keji, aksi kekerasan, pertumpahan darah memang bukan hal baru, dalam narasi histori banyak kerajaan di tanah air tempo dulu sekalipun. Tentu kita pernah membaca atau mendengar perjalanan sejarah keraton-keraton yang diwarnai perang saudara berdarah-darah, dari berbagai referensi tertulis maupun cerita tutur sejauh ini. Namun, tak bisa ditampik pula ketika rekaman peristiwa macam itu diramu sebagai tontonan beraudio-visual terlebih dengan penampilan secara blak-blakan, akan berdampak yang tidak positif sepenuhnya bagi khalayak pemirsa.

Visualisasi adegan berikut dialog jelas akan menjadi lebih kuat mengguratkan kesan termasuk menyampaikan pesan, sebagaimana kemudian terkemas dalam sinema televisi yang tersiar di ruang publik, dibandingkan penyampaian kisah melalui tulisan. Efeknya akan lebih dahsyat lagi ketika peracikannya sedemikian rupa ditangani orang-orang kawakan di bidangnya. Dalam hal ini, bukan hanya message keteladanan perbuatan baik yang tersampaikan kepada pemirsa, melainkan juga unsur-unsur kekerasan tadi yang tak kalah power full-nya.

Jadi, serial ini boleh dibilang lebih kental terutama dengan suguhan kekerasan verbal dalam hampir setiap episodenya. Penyuguhannya bahkan mengalir sangat runtut dan rinci, sehingga muatannya terbilang berat untuk sebuah tontonan hiburan, yang bukan mustahil ditonton pula oleh anak-anak walau jam tayangnya cukup malam. Sementara, upaya sensor baru sebatas pada busana yang terbuka dan bagian tubuh yang luka atau berdarah. Ujaran dialog yang bernada anarkis belum mendapat pencermatan sepenuhnya.

Pada titik ini, tampaknya KPI telah kecolongan untuk terus mengikuti program acara televisi ini. Saat unsur-unsur kekerasan masih sesak mewarnai setiap episodenya. Karena itu, patut mendapat koreksi seandainya ditayangkan kembali. Apalagi sebagai tontonan fiksi, bukan tidak mungkin terdapat penambahan cerita maupun angle yang menyisakan kekurangan di sana-sini. Mengingat, televisi memiliki pengaruh lumayan besar ketimbang media lainnya. Bagaimana menurut sampean?

Sumber Ilustrasi: JPNN

0 komentar :

mas template

PERTANIAN